222
Persaksian al Ustadz Muhammad Umar As Sewed
Persaksian dan Kesaksian
I. Persaksian Ustadz Muhammad Umar as-Sewed Tentang Yayasan Al-Sofwah
Untuk Allah dan karena Allah kami menulis persaksian ini. Dengan harapan agar kaum muslimin khususnya ahlussunnah Salafiyyin menyadari bahaya yang sedang mengancamnya.
Saya (Ustadz Muhammad Umar as-Sewed) masih ingat ucapan Syaikh Rabi’ kepada saya, ketika saya bertanya tentang al-Muntada (yang kemudian berganti nama dengan Al-Sofwa). “Kalau memang yayasan tersebut sama dengan al-Muntada yang berada di London, maka kita lihat saja , ia akan menjadi musuh paling utama Dakwah Salafiyyah di Indonesia”, kata Syaikh Rabi’.
Dengan cara yang persis sama dengan al-Muntada, London mereka mulai membuat gerakan makarnya, mendekati para Ulama. Mereka meminta rekomendasi dan legitimasi bahwa yayasan ini adalah yayasan Salafiyah, mendekati salafiyyin Indonesia dan menampilkan diri sebagai gerakan dakwah Salafiyah, dengan menyebarkan karya-karya Syaikh ‘Utsaimin dan Syaikh Bin Baaz yang sifatnya umum yang tidak berkaitan dengan manhaj mereka… dan seterusnya. Setelah itu dengan halusnya mereka menyusupkan pemikiran-pemikiran Sururiyah-Ikhwaniyah melalui berbagai macam cara.
Pemikiran khas Sururiyah-Ikhwaniyah yang paling jelas adalah menyatukan berbagai firqoh ahli bid’ah dan berusaha mengakurkan mereka sekaligus membawanya kepada satu “jama’ah” yang tidak saling bermusuhan.
Tentunya kelompok yang paling mereka takuti adalah Ahlussunnah Salafiyyun. Karena mereka tetap pada jalan generasi pendahulunya, mengajak kepada Sunnah dan memberantas bid’ah, berwala’ (loyal) kepada Ahlussunnah dan bara’ (benci dan antipati) dari para ahli bid’ah. Dan mereka terkenal keras dan tegas kepada ahli bid’ah.
Ternyata apa yang telah diucapkan Syaikh Rabi’ kini menjadi kenyataan. Karena apa yang dibawa al-Muntada/As-Sofwa di Indonesia sama dengan apa yang dibawa Al-Muntada di London. Yang demikian itu bisa dilihat dari beberapa bukti yang saya saksikan atau yang saya dengar dengan yakin yaitu :
Mengenai pendiri Yayasan Al-Sofwa, Muhammad Kholaf, silakan dengarkan kesaksian Syaikh Abu Abdirrahman bin Umar bin Mar’i yang pernah mengenalinya langsung dari dekat di ‘Unaizah, Al-Qosim, King Saudi Arabia. Persaksian itu sebagai berikut :
Beliau berkata:
Segala pujian hanya milik Allah Ta’ala Rabb sekalian alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan keluarganya.
Amma ba’du.
Seorang al-akh meminta saya agar menulis tentang Muhammad Kholaf tentunya sesuai dengan apa yang saya ketahui. Semoga Allah menunjukinya.
Maka dari itu dengan memohon pertolongan-Nya, saya akan memulainya.
Saya katakan (Syaikh Abdullah Mar’i, red):
“Saya mengetahuinya di ‘Unaizah dan ketika itu saya berjumpa dengannya di perpustakaan Maktabatul Ummah. Saya pernah mendengar tentang dirinya dari pembicaraan ikhwah Indonesia dan dari seorang yang mengetahuinya disana. Tak lama kemudian saya menanyakan tentang dirinya (juga) kepada beberapa ikhwan yang tinggal di ‘Unaizah. (Ternyata) lebih dari satu ikhwan kita yang salafy di kota Qosim memberitahukan bahwa ia adalah termasuk salah seorang yang mempunyai hubungan sangat dekat dengan Salman al-‘Audah.
Hubungan dekatnya dengan Salman membuatnya (mudah) mendapatkan bantuan-bantuan (dana) darinya. Mayoritas bantuan tersebut ia peroleh dari Al-Jam’iyah Ihyaut Turats (JI), sebagian bantuan lainnya ia kumpulkan dari para syaikh Kerajaan Saudi dengan rekomendasi dari Salman. Hubungan dekatnya dengan Syaikh ‘Utsaimin beberapa waktu (nampaknya juga) merupakan faktor yang membuat ia mudah mengumpulkan bantuan (dana) dari Jam’iyah Ihya’ut Turots. Ditambah lagi dia seorang penduduk Qosim dan seorang guru di Riyadl. Saya pikir banyak yang mengetahui hal itu.
Adapun manhajnya maka ia adalah seorang Sururi. Karena ia sangat kental hubungannya dengan Salman al-‘Audah dan orang-orang yang sejalan dengannya.
Terdapat beberapa hal yang menunjukkan demikian antara lain:
1. Hubungan sangat kental dengan Salman Al-Audah dan orang-orang yang sejalan dengannya di negeri Saudi ataupun di luar negeri tersebut.
2. Beberapa risalahnya yang telah dicetak semisal Dalilit Thalibah al Mukminah (petunjuk Bagi Wanita Pelajar) dan selainnya (lihat persaksian Ustadz Muhammad, red)
3. Ia mempunyai perpustakaan bernama Maktabatul Ummah yang berada di ‘Unaizah, terdapat padanya kitab dan majalah.(yang bermanhaj sururi-pent)
4. Kitab-kitab yang ia bagikan, sebarkan dan cetak mayoritas memuat keinginan pencetak dan pemikirannya (yakni Muhammad Kholaf, red)
5. Warga salafiyyin yang sedaerah dengannya yang berdomisili di ‘Unaizah menyaksikan keadannya yang demikian. Dan merekalah orang-orang yang tahu tentang dirinya dan aktivitasnya. Dr.Abdullah al-Musallam, seorang dosen pada mata kuliah Syar’iyah dan Ushuluddin di Universitas Al-Imam, Qosim, mengatakan bahwa ia seorang sururi bahkan termasuk tokohnya. Al-Ustadz Umar al-Harakan, seorang pengajar di Ma’had Ali di kota Buraidah, banyak dari kalangan ikhwan salafiyin seperti al-Akh Muhammad at-Turki (beliau datang ketika dakwah di Yogya bulan Juli 2005 –red.), Abdurrahman al-‘Amir, Umar al-Hathlani, Rafiq Zaki dan selain mereka menyaksikannya demikian. Merekalah saksi-saksi hidup. Datang dan mintalah keterangan tentang masalah ini pada mereka.
6. Salman Al-‘Audah, Jam’iyah At-Turats dan beberapa orang yang berdomisili di Riyadh adalah pendukung-pendukungnya. Hal ini menunjukkan apa yang telah disebutkan di muka (ia seorang sururi bahkan tokohnya –pent) dan inilah perkara-perkara yang dapat dipersaksikan dari kejauhan sebelum mendekatinya.
Barangkali (insya Allah –pent) yang telah saya sebutkan di atas sudah mencukupi. Allahu a’lam. Jika tidak demikian maka disana masih terdapat banyak hal lain (yang masih belum disebutkan). Namun tidak sepantasnya semua yang diketahui disebutkan. Allahu a’lam.
Adapun mengenai ahlak dan pergaulannya dengan teman-temannya, maka inilah perkara yang sudah jelas.
Sungguh saya pernah bergaul langsung dengannya. Akan tetapi saya belum pernah duduk-duduk bersamanya selain beberapa saat saja. Padanya ada perkara-perkara yang tidak sepantasnya seorang muslim yang mengamalkan keislamannya, terlebih bagi seorang thalibul ilmi dan da’i, (untuk melakukannya). Semoga Allah menunjukinya.
Terakhir, inilah catatan yang saya tuangkan di sini mengenai al-akh tersebut. Saya katakan dan saya ingatkan (kepada semua pihak yang berkepentingan) bahwa haruslah bagi seorang Salafy Sunni mempunyai hubungan (kenal) dengan para Ulama Sunnah Salafiyah. (Saya perhatikan) ia bukanlah orang yang mempunyai sifat demikian sekalipun dengan ulama negeri Saudi, yang mana orang-orang dari segenap penjuru dunia, dari berbagai macam jalan dan manhaj berhubungan dengan mereka dengan ramah dan dekat. Hal tersebut tidak terjadi pada dirinya. Hal ini menunjukkan padamu jauhnya ia dari ilmu dan ahlinya (ulama). Allahul musta’an.
Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar mengokohkan agama kita dan memberikan ilmu tentang syariat kita ini. Dan segala pujian hanyalah milik Allah semata.
Dammaj, Sha’dah, pagi hari, 3/2/1420 H
Diterjemahkan di Degolan pada pagi
17 Juni 1999 M.
III. Kesaksian Ustadz Muhammad as-Sewed tentang Muhammad Khalaf
Kemudian saya (Ustadz Muhammad Umar as-Sewed) menambahkan apa yang saya ketahui tentang dirinya di ‘Unaizah, Qosim yaitu :
1. Saya selama kira-kira satu tahun hampir tidak pernah absen duduk di majelis Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, tidak pernah sekalipun Saya melihat Muhammad khalaf di majelis tersebut. Saya hanya sekali melihatnya dalam ceramah umum yang disampaikan Syaikh ‘Utsaimin
2. Ia memiliki toko buku Al-Ummah yang khusus menjual buku-buku kecil (kutaib) dan semua buku-buku tokoh-tokoh sururi terdapat disini, sedangkan buku-buku yang membantahnya dari tulisan Syaikh Rabi’ dan selain beliau susah didapat.
3. Pernah toko tersebut dititipi majalah oleh sales dari distributor majalah Al-Ashalah dan Salafiyah yang jelas pengasuh dan penulisnya adalah Salafiyun dan Ulama Ahlussunnah. Disinilah pertama kalinya saya mengenal majalah tersebut. Ternyata setelah saya baca, saya sangat mengaguminya. Maka saya kembali ke toko tersebut untuk memiliki lebih banyak lagi untuk dikirim ke beberapa kawan di Indonesia. Ternyata apa yang terjadi? Majalah tersebut lenyap dari etalase, saya menanyakan kepada penjaganya (waktu itu Ahmad Bahrudin) ternyata majalah tersebut disimpan dan tidak boleh dijual (dicekal). Bahkan beberapa temannya mencela (menurut persaksian dia) majalah tersebut dengan ucapan-ucapan jelek : ”Pengasuh majalah ini (Assalafiyah) adalah munafiqun”. “Ini bukan majalah Salafiyah tapi Talafiyah (kerusakan)” diganti huruf sin-nya dengan huruf ta”. Bahkan saya sendiri mendengar dari seorang yang juga merupakan groupnya (memang ternyata toko itu milik “group”) mengatakan, sambil menunjuk majalah al-Bayan,”Ini yang namanya majalah, bukan itu !” Yakni bukan majalah al-Ashalah
4. Dengan data-data yang semakin lengkap dan jelas saya berusaha untuk bertanya kepada syaikh Rabi’ tentang al-Sofwah dan Muhammad Khalaf serta al-Muntada yang ada di London. Dengan demikian lengkaplah sudah gambaran Muhammad Khalaf dan al-Sofwa. (Lihat ucapan Syaikh Rabi’ di Mukadimah)
5. Terakhir saya menemui Muhammad Khalaf sepulang dari Madinah dengan maksud menegur dan memperingatkan sekaligus melihat apakah dia bergabung dengan sururiyin dan menyebarkan paham sururiyah itu dengan sadar atau tertipu.
Saya mendapatkan beberapa catatan penting yaitu ;
a. Dia mengakui memang orang-orang Al Muntada adalah teman-temannya. Sehingga dia selalu berkonsultasi dengan mereka dalam dakwahnya di Indonesia, sedangkan kita tahu adanya hadits Rasulullah yang berbunyi : Al Mar’u ‘ala dini kholilihi “Agama seseorang itu bersama teman-teman dekatnya”.
b. Dia tidak suka dengan mahasiswa Madinah sehingga dia meminta saya mencarikan da’i untuk as-Sofwa dari mahasiswa Indonesia yang ada di Jamiatul Imam, Riyadl. Dan menjadi rahasia umum kalau Jami’atul Imam Riyadl dikuasai orang-orang hizbi, IM. Maka saya katakan, Saya memiliki banyak teman-teman salafy di Jamiah Islamiyah Madinah yang kita tahu banyak didominasi Salafiyun. Dia menjawab dengan tegas dan jelas :” Saya tidak suka dengan anak-anak(mahasiswa) Madinah”
Demikianlah apa yang saya ingat dengan yakin tentang Muhammad al-Khalaf.
Sedangkan yang tidak jelas dan saya masih ragu tidak perlu dituliskan disini. Wallahu a’lam.
Yogyakarta, 3 Juli 1999
Disusun oleh Ustadz Muhammad Umar as-Sewed (Cirebon)
NB.: Saya katakan: “Semestinya jika Abdullah Taslim tidak mengetahui tentang as-Shafwa, hendaknya dia bertanya kepada orang yang mengetahui tentangnya. Karena orang yang mengetahui adalah hujah atas orang yang tidak mengetahui”. *)
*) Tambahan Penting dari redaksi :
Kami telah mendapati di dalam al Sofwah benar seperti yang para asatidzah ucapkan, didalamnya banyak sekali hizbiyyun, sururiyyun hingga kini. Berikut sebagian fakta yang dapat disaksikan via teknologi informasi.
1. Didalam daftar buku produk Al Sofwah, terdapat nama Muhammad Yusuf Harun MA (sebagai penerjemah Al Sofwah, dia adalah seorang yg berpemikiran Ikhwani, pimpinan L-Data – Lembaga Dakwah dan Ta’lim Jakarta dengan website Al-Dakwah, dengan produknya majalah Al-Dakwah. Di dalamnya kerap merujuk ucapan Hasan Al Banna, Sayyid Quthub, dan Yusuf Qardlawi). Belakangan ini L-Data pimpinan Muhammad Yusuf Harun MA mendirikan PP Taruna Al Quran, Jogjakarta, yang dikelola Ahmad Khudlori, Lc, Umar Budiargo, MAdkk. Dan produk Taruna Al Qur’an salah satunya dainya bernama Aris Munandar Ss, kini dia sebagai pengasuh PP Taruna Al Qur’an dan pengasuh radio FM Taruna Al Quran), dia sangat kental pergaulannya dengan Ikhwani Jogjakarta karena satu majelis dalam ta’limnya. Simak penjelasan detail di artikel “Syaikh Yahya-Siapakah Yazid bin Abdul Qadir Jawwas?” di http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=659
2. Tertera di daftar kaset tasjilat Al Sofwah, nama seorang pendukung berat Yusuf Qardlawi, Hasan al Banna, Sayyid Quthub, pendukung paham Quthubiyyun, Sururiyyun yakni Dr. Ahzami Sami’un Jazuli, rekan dari ketua MPR RI Dr Hidayat Nur Wahid MA (seorang sururi tulen, jelas-jelas berkecimpung dalam partai PKS – pendukung berat Yusuf Qaradhawi, Hasan al Banna, Sayyid Quthub. Hidayat Nur Wahid menjadi editor penerjemah Tafsir Fi Dhilalil Qur’an, Di bawah naungan Al Qur’an karya Sayyid Quthb yang diterjemahkan oleh Dr Idrus Abdul Shomad dan Mufti Labib). Dia adalah ketua yayasan Al Haramain bersama Dr Salim Segaf Al Jufri, tokoh yang membidani lahirnya PKS dan Al Haramain). Juga kaset Hartono Ahmad Jaiz, da’i DDII, bekas wartawan Pikiran Rakyat, yang dalam pengantar buku Raport Merah Aa’ Gym karya Abdurrahman Mukaffi, menyebutkan Abdurahman Abdul Khaliq sebagai Ulama Salafy berderet dgn Syaikh Fauzan, Abdurrahman dalam daftar pustakanya tampak ybs merujuk pada tulisan Yazid Abdul Qadir Jawwas. Padahal tulisan-tulisan politik Hartono Ahmad Jaiz masih tersebar dimana-mana – saat masih wartawan – dan tidak layak diangkat sebagai da’i Salafy. Hartono Ahmad Jaiz juga editor terjemah tafsir Ibnu Katsir bersama-sama dengan Yazid Jawwas, Hidayat Nur Wahid dkk.
3. Al Sofwah menerbitkan buku seorang pendukung Yusuf Qordlowi yang dicap sesat oleh Ulama Ahlusunnah, yang berjudul dalam bukunya “Panduan Praktis Menghitung Zakat” karya Adil Rasyad Ghonim judul asli Dalil Az Zakah Penerbit :Daar Al Mujtama’. Didalamnya senada dengan pemikiran Yusuf Qardlawi yang mensyariatkan adanya Zakat Profesi. Diterjemahkan oleh seorang peniti jalan Yusuf Qardlawi, yakni Zainal Abidin Syamsuddin, Lc, dan disepakati oleh Aman Abdurrahman, Lc. Disana disebutkan rujukan utamanya Kitab Fiquz Zakah, Dr Yusuf Qaradlawi.
Demikian sedikit informasi yang dapat diberikan. Insya Allah, dokumentasi file-file Internet, brosur, pengumuman, email yang berkaitan tersimpan rapi dan dapat dipertanggung-jawabkan.
I. Persaksian Ustadz Muhammad Umar as-Sewed Tentang Yayasan Al-Sofwah
Untuk Allah dan karena Allah kami menulis persaksian ini. Dengan harapan agar kaum muslimin khususnya ahlussunnah Salafiyyin menyadari bahaya yang sedang mengancamnya.
Saya (Ustadz Muhammad Umar as-Sewed) masih ingat ucapan Syaikh Rabi’ kepada saya, ketika saya bertanya tentang al-Muntada (yang kemudian berganti nama dengan Al-Sofwa). “Kalau memang yayasan tersebut sama dengan al-Muntada yang berada di London, maka kita lihat saja , ia akan menjadi musuh paling utama Dakwah Salafiyyah di Indonesia”, kata Syaikh Rabi’.
Dengan cara yang persis sama dengan al-Muntada, London mereka mulai membuat gerakan makarnya, mendekati para Ulama. Mereka meminta rekomendasi dan legitimasi bahwa yayasan ini adalah yayasan Salafiyah, mendekati salafiyyin Indonesia dan menampilkan diri sebagai gerakan dakwah Salafiyah, dengan menyebarkan karya-karya Syaikh ‘Utsaimin dan Syaikh Bin Baaz yang sifatnya umum yang tidak berkaitan dengan manhaj mereka… dan seterusnya. Setelah itu dengan halusnya mereka menyusupkan pemikiran-pemikiran Sururiyah-Ikhwaniyah melalui berbagai macam cara.
Pemikiran khas Sururiyah-Ikhwaniyah yang paling jelas adalah menyatukan berbagai firqoh ahli bid’ah dan berusaha mengakurkan mereka sekaligus membawanya kepada satu “jama’ah” yang tidak saling bermusuhan.
Tentunya kelompok yang paling mereka takuti adalah Ahlussunnah Salafiyyun. Karena mereka tetap pada jalan generasi pendahulunya, mengajak kepada Sunnah dan memberantas bid’ah, berwala’ (loyal) kepada Ahlussunnah dan bara’ (benci dan antipati) dari para ahli bid’ah. Dan mereka terkenal keras dan tegas kepada ahli bid’ah.
Ternyata apa yang telah diucapkan Syaikh Rabi’ kini menjadi kenyataan. Karena apa yang dibawa al-Muntada/As-Sofwa di Indonesia sama dengan apa yang dibawa Al-Muntada di London. Yang demikian itu bisa dilihat dari beberapa bukti yang saya saksikan atau yang saya dengar dengan yakin yaitu :
- Mereka menebarkan majalah Al-Bayan yang diterbitkan oleh Al Muntada Al Islami (yang didirikan Muhammad Surur, sehingga sebutan bagi pengikutnya disebut sururi, red), London
- Menyebarkan buku-buku terbitan Al Muntada dan lain-lain dari tulisan tokoh-tokoh sururi seperti Salman ‘Audah, Aidl Al-Qorni dan sebagainya
- Bahkan lebih jelas lagi bahwa pendirinya, Muhammad al-Khalaf (namanya sesuai dengan manhajnya) menulis buku “Petunjuk bagi Wanita Pelajar” yang dalam bahasa aslinya (Arab) adalah Dalilut Thalibah. Dibawakan olehnya fatwa-fatwa fiqih dari syaikh Ibnu Utsaimin hafidhahullah. Sedangkan patokan-patokan dalam masalah dakwah diambil dari pemikiran Salman Al Audah. (lihat lampiran)
- Membantu program-program ahli bid’ah baik dari kalangan pengikut tarekat sufiyah, Ikhwanul Muslimin, ataupun Negara Islam Indonesia (NII)
- Memperkerjakan orang-orang yang tidak jelas manhajnya (IM, NII, JI dan lain-lain) di dalam yayasan Al-Sofwa
- Yang lebih jelas dari itu adalah hubungannya dengan Anis Matta (sekarang sekjen Partai Keadilan) yang jelas-jelas tokoh Ikhwanul Muslimin Indonesia.
Saya pribadi pernah memergokinya bersama Muhammad Anis Matta (tokoh PKS, red) di Hotel Karya II, Jakarta. Maka saya menegurnya. Kemudian dia beralasan hanya membantu program khusus bahasa Arabnya. - Hubungan eratnya dengan Ikhwanul Muflisin (IM) bertambah jelas ketika ia menitipkan istrinya bersama akhowat IM di Madrasah IM yaitu Al-Hikmah, yang pernah melarang murid-murid wanitanya memakai cadar. Dan kami pernah menegur meraka dengan mendatangi guru-gurunya. Jawaban mereka : “Ini hasil kesepakatan guru-guru”.
- Mengadakan daurah para Da’i di Bogor. Dengan mendatangkan tokoh Sururi Dr. Ibrahim ad-Duwasy yang jelas prototypenya Salman.
- Mengadakan dakwah untuk para da’i dengan menampilkan Farid ‘Uqbah yang menjelaskan bahwa fitnah Sururiyah Indonesia tidak ada. Dan itu hanyalah problem politik Saudi.
Mengenai pendiri Yayasan Al-Sofwa, Muhammad Kholaf, silakan dengarkan kesaksian Syaikh Abu Abdirrahman bin Umar bin Mar’i yang pernah mengenalinya langsung dari dekat di ‘Unaizah, Al-Qosim, King Saudi Arabia. Persaksian itu sebagai berikut :
Beliau berkata:
Segala pujian hanya milik Allah Ta’ala Rabb sekalian alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan keluarganya.
Amma ba’du.
Seorang al-akh meminta saya agar menulis tentang Muhammad Kholaf tentunya sesuai dengan apa yang saya ketahui. Semoga Allah menunjukinya.
Maka dari itu dengan memohon pertolongan-Nya, saya akan memulainya.
Saya katakan (Syaikh Abdullah Mar’i, red):
“Saya mengetahuinya di ‘Unaizah dan ketika itu saya berjumpa dengannya di perpustakaan Maktabatul Ummah. Saya pernah mendengar tentang dirinya dari pembicaraan ikhwah Indonesia dan dari seorang yang mengetahuinya disana. Tak lama kemudian saya menanyakan tentang dirinya (juga) kepada beberapa ikhwan yang tinggal di ‘Unaizah. (Ternyata) lebih dari satu ikhwan kita yang salafy di kota Qosim memberitahukan bahwa ia adalah termasuk salah seorang yang mempunyai hubungan sangat dekat dengan Salman al-‘Audah.
Hubungan dekatnya dengan Salman membuatnya (mudah) mendapatkan bantuan-bantuan (dana) darinya. Mayoritas bantuan tersebut ia peroleh dari Al-Jam’iyah Ihyaut Turats (JI), sebagian bantuan lainnya ia kumpulkan dari para syaikh Kerajaan Saudi dengan rekomendasi dari Salman. Hubungan dekatnya dengan Syaikh ‘Utsaimin beberapa waktu (nampaknya juga) merupakan faktor yang membuat ia mudah mengumpulkan bantuan (dana) dari Jam’iyah Ihya’ut Turots. Ditambah lagi dia seorang penduduk Qosim dan seorang guru di Riyadl. Saya pikir banyak yang mengetahui hal itu.
Adapun manhajnya maka ia adalah seorang Sururi. Karena ia sangat kental hubungannya dengan Salman al-‘Audah dan orang-orang yang sejalan dengannya.
Terdapat beberapa hal yang menunjukkan demikian antara lain:
1. Hubungan sangat kental dengan Salman Al-Audah dan orang-orang yang sejalan dengannya di negeri Saudi ataupun di luar negeri tersebut.
2. Beberapa risalahnya yang telah dicetak semisal Dalilit Thalibah al Mukminah (petunjuk Bagi Wanita Pelajar) dan selainnya (lihat persaksian Ustadz Muhammad, red)
3. Ia mempunyai perpustakaan bernama Maktabatul Ummah yang berada di ‘Unaizah, terdapat padanya kitab dan majalah.(yang bermanhaj sururi-pent)
4. Kitab-kitab yang ia bagikan, sebarkan dan cetak mayoritas memuat keinginan pencetak dan pemikirannya (yakni Muhammad Kholaf, red)
5. Warga salafiyyin yang sedaerah dengannya yang berdomisili di ‘Unaizah menyaksikan keadannya yang demikian. Dan merekalah orang-orang yang tahu tentang dirinya dan aktivitasnya. Dr.Abdullah al-Musallam, seorang dosen pada mata kuliah Syar’iyah dan Ushuluddin di Universitas Al-Imam, Qosim, mengatakan bahwa ia seorang sururi bahkan termasuk tokohnya. Al-Ustadz Umar al-Harakan, seorang pengajar di Ma’had Ali di kota Buraidah, banyak dari kalangan ikhwan salafiyin seperti al-Akh Muhammad at-Turki (beliau datang ketika dakwah di Yogya bulan Juli 2005 –red.), Abdurrahman al-‘Amir, Umar al-Hathlani, Rafiq Zaki dan selain mereka menyaksikannya demikian. Merekalah saksi-saksi hidup. Datang dan mintalah keterangan tentang masalah ini pada mereka.
6. Salman Al-‘Audah, Jam’iyah At-Turats dan beberapa orang yang berdomisili di Riyadh adalah pendukung-pendukungnya. Hal ini menunjukkan apa yang telah disebutkan di muka (ia seorang sururi bahkan tokohnya –pent) dan inilah perkara-perkara yang dapat dipersaksikan dari kejauhan sebelum mendekatinya.
Barangkali (insya Allah –pent) yang telah saya sebutkan di atas sudah mencukupi. Allahu a’lam. Jika tidak demikian maka disana masih terdapat banyak hal lain (yang masih belum disebutkan). Namun tidak sepantasnya semua yang diketahui disebutkan. Allahu a’lam.
Adapun mengenai ahlak dan pergaulannya dengan teman-temannya, maka inilah perkara yang sudah jelas.
Sungguh saya pernah bergaul langsung dengannya. Akan tetapi saya belum pernah duduk-duduk bersamanya selain beberapa saat saja. Padanya ada perkara-perkara yang tidak sepantasnya seorang muslim yang mengamalkan keislamannya, terlebih bagi seorang thalibul ilmi dan da’i, (untuk melakukannya). Semoga Allah menunjukinya.
Terakhir, inilah catatan yang saya tuangkan di sini mengenai al-akh tersebut. Saya katakan dan saya ingatkan (kepada semua pihak yang berkepentingan) bahwa haruslah bagi seorang Salafy Sunni mempunyai hubungan (kenal) dengan para Ulama Sunnah Salafiyah. (Saya perhatikan) ia bukanlah orang yang mempunyai sifat demikian sekalipun dengan ulama negeri Saudi, yang mana orang-orang dari segenap penjuru dunia, dari berbagai macam jalan dan manhaj berhubungan dengan mereka dengan ramah dan dekat. Hal tersebut tidak terjadi pada dirinya. Hal ini menunjukkan padamu jauhnya ia dari ilmu dan ahlinya (ulama). Allahul musta’an.
Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar mengokohkan agama kita dan memberikan ilmu tentang syariat kita ini. Dan segala pujian hanyalah milik Allah semata.
Dammaj, Sha’dah, pagi hari, 3/2/1420 H
Diterjemahkan di Degolan pada pagi
17 Juni 1999 M.
III. Kesaksian Ustadz Muhammad as-Sewed tentang Muhammad Khalaf
Kemudian saya (Ustadz Muhammad Umar as-Sewed) menambahkan apa yang saya ketahui tentang dirinya di ‘Unaizah, Qosim yaitu :
1. Saya selama kira-kira satu tahun hampir tidak pernah absen duduk di majelis Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, tidak pernah sekalipun Saya melihat Muhammad khalaf di majelis tersebut. Saya hanya sekali melihatnya dalam ceramah umum yang disampaikan Syaikh ‘Utsaimin
2. Ia memiliki toko buku Al-Ummah yang khusus menjual buku-buku kecil (kutaib) dan semua buku-buku tokoh-tokoh sururi terdapat disini, sedangkan buku-buku yang membantahnya dari tulisan Syaikh Rabi’ dan selain beliau susah didapat.
3. Pernah toko tersebut dititipi majalah oleh sales dari distributor majalah Al-Ashalah dan Salafiyah yang jelas pengasuh dan penulisnya adalah Salafiyun dan Ulama Ahlussunnah. Disinilah pertama kalinya saya mengenal majalah tersebut. Ternyata setelah saya baca, saya sangat mengaguminya. Maka saya kembali ke toko tersebut untuk memiliki lebih banyak lagi untuk dikirim ke beberapa kawan di Indonesia. Ternyata apa yang terjadi? Majalah tersebut lenyap dari etalase, saya menanyakan kepada penjaganya (waktu itu Ahmad Bahrudin) ternyata majalah tersebut disimpan dan tidak boleh dijual (dicekal). Bahkan beberapa temannya mencela (menurut persaksian dia) majalah tersebut dengan ucapan-ucapan jelek : ”Pengasuh majalah ini (Assalafiyah) adalah munafiqun”. “Ini bukan majalah Salafiyah tapi Talafiyah (kerusakan)” diganti huruf sin-nya dengan huruf ta”. Bahkan saya sendiri mendengar dari seorang yang juga merupakan groupnya (memang ternyata toko itu milik “group”) mengatakan, sambil menunjuk majalah al-Bayan,”Ini yang namanya majalah, bukan itu !” Yakni bukan majalah al-Ashalah
4. Dengan data-data yang semakin lengkap dan jelas saya berusaha untuk bertanya kepada syaikh Rabi’ tentang al-Sofwah dan Muhammad Khalaf serta al-Muntada yang ada di London. Dengan demikian lengkaplah sudah gambaran Muhammad Khalaf dan al-Sofwa. (Lihat ucapan Syaikh Rabi’ di Mukadimah)
5. Terakhir saya menemui Muhammad Khalaf sepulang dari Madinah dengan maksud menegur dan memperingatkan sekaligus melihat apakah dia bergabung dengan sururiyin dan menyebarkan paham sururiyah itu dengan sadar atau tertipu.
Saya mendapatkan beberapa catatan penting yaitu ;
a. Dia mengakui memang orang-orang Al Muntada adalah teman-temannya. Sehingga dia selalu berkonsultasi dengan mereka dalam dakwahnya di Indonesia, sedangkan kita tahu adanya hadits Rasulullah yang berbunyi : Al Mar’u ‘ala dini kholilihi “Agama seseorang itu bersama teman-teman dekatnya”.
b. Dia tidak suka dengan mahasiswa Madinah sehingga dia meminta saya mencarikan da’i untuk as-Sofwa dari mahasiswa Indonesia yang ada di Jamiatul Imam, Riyadl. Dan menjadi rahasia umum kalau Jami’atul Imam Riyadl dikuasai orang-orang hizbi, IM. Maka saya katakan, Saya memiliki banyak teman-teman salafy di Jamiah Islamiyah Madinah yang kita tahu banyak didominasi Salafiyun. Dia menjawab dengan tegas dan jelas :” Saya tidak suka dengan anak-anak(mahasiswa) Madinah”
Demikianlah apa yang saya ingat dengan yakin tentang Muhammad al-Khalaf.
Sedangkan yang tidak jelas dan saya masih ragu tidak perlu dituliskan disini. Wallahu a’lam.
Yogyakarta, 3 Juli 1999
Disusun oleh Ustadz Muhammad Umar as-Sewed (Cirebon)
NB.: Saya katakan: “Semestinya jika Abdullah Taslim tidak mengetahui tentang as-Shafwa, hendaknya dia bertanya kepada orang yang mengetahui tentangnya. Karena orang yang mengetahui adalah hujah atas orang yang tidak mengetahui”. *)
*) Tambahan Penting dari redaksi :
Kami telah mendapati di dalam al Sofwah benar seperti yang para asatidzah ucapkan, didalamnya banyak sekali hizbiyyun, sururiyyun hingga kini. Berikut sebagian fakta yang dapat disaksikan via teknologi informasi.
1. Didalam daftar buku produk Al Sofwah, terdapat nama Muhammad Yusuf Harun MA (sebagai penerjemah Al Sofwah, dia adalah seorang yg berpemikiran Ikhwani, pimpinan L-Data – Lembaga Dakwah dan Ta’lim Jakarta dengan website Al-Dakwah, dengan produknya majalah Al-Dakwah. Di dalamnya kerap merujuk ucapan Hasan Al Banna, Sayyid Quthub, dan Yusuf Qardlawi). Belakangan ini L-Data pimpinan Muhammad Yusuf Harun MA mendirikan PP Taruna Al Quran, Jogjakarta, yang dikelola Ahmad Khudlori, Lc, Umar Budiargo, MAdkk. Dan produk Taruna Al Qur’an salah satunya dainya bernama Aris Munandar Ss, kini dia sebagai pengasuh PP Taruna Al Qur’an dan pengasuh radio FM Taruna Al Quran), dia sangat kental pergaulannya dengan Ikhwani Jogjakarta karena satu majelis dalam ta’limnya. Simak penjelasan detail di artikel “Syaikh Yahya-Siapakah Yazid bin Abdul Qadir Jawwas?” di http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=659
2. Tertera di daftar kaset tasjilat Al Sofwah, nama seorang pendukung berat Yusuf Qardlawi, Hasan al Banna, Sayyid Quthub, pendukung paham Quthubiyyun, Sururiyyun yakni Dr. Ahzami Sami’un Jazuli, rekan dari ketua MPR RI Dr Hidayat Nur Wahid MA (seorang sururi tulen, jelas-jelas berkecimpung dalam partai PKS – pendukung berat Yusuf Qaradhawi, Hasan al Banna, Sayyid Quthub. Hidayat Nur Wahid menjadi editor penerjemah Tafsir Fi Dhilalil Qur’an, Di bawah naungan Al Qur’an karya Sayyid Quthb yang diterjemahkan oleh Dr Idrus Abdul Shomad dan Mufti Labib). Dia adalah ketua yayasan Al Haramain bersama Dr Salim Segaf Al Jufri, tokoh yang membidani lahirnya PKS dan Al Haramain). Juga kaset Hartono Ahmad Jaiz, da’i DDII, bekas wartawan Pikiran Rakyat, yang dalam pengantar buku Raport Merah Aa’ Gym karya Abdurrahman Mukaffi, menyebutkan Abdurahman Abdul Khaliq sebagai Ulama Salafy berderet dgn Syaikh Fauzan, Abdurrahman dalam daftar pustakanya tampak ybs merujuk pada tulisan Yazid Abdul Qadir Jawwas. Padahal tulisan-tulisan politik Hartono Ahmad Jaiz masih tersebar dimana-mana – saat masih wartawan – dan tidak layak diangkat sebagai da’i Salafy. Hartono Ahmad Jaiz juga editor terjemah tafsir Ibnu Katsir bersama-sama dengan Yazid Jawwas, Hidayat Nur Wahid dkk.
3. Al Sofwah menerbitkan buku seorang pendukung Yusuf Qordlowi yang dicap sesat oleh Ulama Ahlusunnah, yang berjudul dalam bukunya “Panduan Praktis Menghitung Zakat” karya Adil Rasyad Ghonim judul asli Dalil Az Zakah Penerbit :Daar Al Mujtama’. Didalamnya senada dengan pemikiran Yusuf Qardlawi yang mensyariatkan adanya Zakat Profesi. Diterjemahkan oleh seorang peniti jalan Yusuf Qardlawi, yakni Zainal Abidin Syamsuddin, Lc, dan disepakati oleh Aman Abdurrahman, Lc. Disana disebutkan rujukan utamanya Kitab Fiquz Zakah, Dr Yusuf Qaradlawi.
Demikian sedikit informasi yang dapat diberikan. Insya Allah, dokumentasi file-file Internet, brosur, pengumuman, email yang berkaitan tersimpan rapi dan dapat dipertanggung-jawabkan.
0 comments:
Post a Comment