222
Tidak Ada Persaudaraan antara Islam dengan Non Islam
Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah atas Nabi Muhammad yang tidak ada nabi setelahnya.
Telah terbit sebuah berita pada lembaran Ukadz No 3031 tanggal 27/8/1394 H,berkaitan dengan pelaksanaan sholat Jum’at di Masjid Qurthubah, disebutkan padanya bahwa perayaan tersebut dilakukan setelah mendapat persetujuan untuk membentuk jalinan persaudaraan dan kasih sayang antara anak-anak dua agama yaitu Islam dan Masehi (Nasrani) .
Sebagaimana pula disebutkan dalam lembaran Ahkbar ‘Alam Islamy no 395 yang terbit tanggal 29/8/1394 H, sebagai berikut “Tidak ragu lagi bahwa amalan ini merupakan wujud keluwesan Islam dan bahwa agama itu satu”, menunjukan bahwa tidak ada persaudaraan dan kecintaan antara Islam dan kafir, akan tetapi kecintaan dan persaudaraan itu hanya ada antara muslimin itu sendiri, dan juga tidak ada persatuan antara Agama Islam dan Nasrani.
Sebab agama Islam adalah agama yang benar yang wajib bagi segenap penduduk bumi yang mukalaf untuk mengikutinya. Adapun agama Nasrani adalah agama kufur dan kesesatan berdasarkan nash Alqur’an. Diantara dalil tersebut adalah Firman Allah ta’ala “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu” (Al Hujurat:10)
Dan juga firman-Nya “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja” (Al Mumtahanah :4)
Dan firman-Nya “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridla terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (Al Mujadalah :22)
Dalam surat At Taubah “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.” (At Taubah : 71) dan Firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.:” (Al Maidah:51)
Dan firman-Nya dalam surat Ali Imran “Sesungguhnya agama yang (diterima) di sisi Allah adalah Islam) “(Ali Imran :19) dan “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (Ali Imran : 85)
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra Maryam”. (Al Maidah :72) dan “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa” (Al Maidah :73) dan firman-Nya :”Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?, Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (Al Kahfi 103-105).
Adapun sabda Nabi Shallahllahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan Muslim “Seorang muslim itu saudara terhadap muslim lainnya maka tidak boleh mendzaliminya, merendahkannya dan tidak juga menghinakan dan mendustakannya” Dalam ayat-ayat dan hadits ini menunjukan dalil yang jelas bahwa persaudaraan dan kasih sayang hanya terjadi diantara orang mukmin sendiri.
Adapun terhadap kaum kuffar maka wajib untuk membenci dan memusuhi mereka karena Allah, dan diharamkan menjadikan pelindung dan penolong bagi mereka sampai mereka beriman kepada Allah saja dan mereka meninggalkan kekafiran dan kesesatannya, sebagaimana ditunjukan di ayat terakhir bahwa agama yang benar adalah Islam yang dengan agama itu Allah mengutus Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan demikian juga para rasul yang lainnya, dan ini adalah makna sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam “Kami para nabi, agama kami satu“ (HR. Bukhari).
Adapun agama-agama yang lainya baik itu Yahudi, Nashrani, atau yang lainya, semuanya adalah bathil tidak ada sedikitpun kebenaran di dalamnya. Dan sungguh telah datang syariat nabi kita yang sempurna, tidak ada yang lebih sempurna darinya, karena merupakan syariat yang mencakup seluruh penduduk bumi, adapun yang selainnya maka syariatnya bersifat khusus dan telah dihapus dengan syariat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan sesempurna-sempurnanya dan menyeluruhnya syariat, dan paling bermanfaat bagi seorang hamba bagi kehidupan dunia ataupun akhiratnya, sebagaimana firman Allah ta’la menceritakan kepada Nabi-Nya “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (Al Maidah :48)
Allah telah mewajibkan bagi segenap pribadi mukallaf di seluruh penduduk bumi untuk mengikuti agama ini dan berpegang teguh dengannya sebagaimana firman-Nya “Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al A’raf : 157)
Kemudian Allah berfirman setelahnya “Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (Al A’raf :158)
Dan Allah mendiadakan keimanan terhadap orang yang tidak berhukum kepadanya “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (Al Nisa :65)
Kemudian Allah menghukumi kafir dan syiriknya Yahudi dan Nasrani karena mereka menisbatkan adanya anak bagi Allah Subhanah, serta mereka menjadikan pendeta-pendetanya sebagai tuhan-tuhan selain Allah Azza wa Jalla dengan firman-Nya dalam surat At Taubah : “Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (At Taubah : 30-33)
Kalau seandainya dikatakan bahwa perayaan ini dipandang sebagai perwujudan hubungan kerjasama antara dua agama dalam hal-hal yang memberikan manfaat bagi keduanya, niscaya hal itu adalah hal yang diutamakan (dalam islam) dan tidak larangan padanya. Maka wajib untuk saling memberikan nasihat bagi Allah, hamba-hamba-Nya, dan saya memandang perlu utnuk diberikan perhatian dalam masalah ini karena perkaranya sangat besar yang terkandang mengacaukan segenap manusia.
Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq kepada kami dan kepada segenap muslimin untuk selalu dapat menjalin ukhuwah yang jujur dalam agama Allah, saling berkasih sayang padanya dan karena-Nya. Dan mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada segenap manusia untuk masuk ke dalam agama Allah yang dengan agama ini Allah mengutus NAbi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam, berpegang teguh dengan agama ini serta berhukum dengan nabinya, dan menolak segala perkara yang menyelisihinya, karena dengan sebab itu akan mendatangkan kebahagiaan yang abadi dan keselamatan di dunia dan akhirat, sebagaimana pula dalam syariat ini bisa menuntaskan segala problema baik di masa sekarnag maupun akan datang, seseungguhnya Allah Maha Penderma lagi Maha Mulia, shalawat dan salam semoga tercurah atas Hamba dan Utusan-Nya Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
http://www.binbaz.org.sa/Display.asp?f=ibn00204.htm.
Telah terbit sebuah berita pada lembaran Ukadz No 3031 tanggal 27/8/1394 H,berkaitan dengan pelaksanaan sholat Jum’at di Masjid Qurthubah, disebutkan padanya bahwa perayaan tersebut dilakukan setelah mendapat persetujuan untuk membentuk jalinan persaudaraan dan kasih sayang antara anak-anak dua agama yaitu Islam dan Masehi (Nasrani) .
Sebagaimana pula disebutkan dalam lembaran Ahkbar ‘Alam Islamy no 395 yang terbit tanggal 29/8/1394 H, sebagai berikut “Tidak ragu lagi bahwa amalan ini merupakan wujud keluwesan Islam dan bahwa agama itu satu”, menunjukan bahwa tidak ada persaudaraan dan kecintaan antara Islam dan kafir, akan tetapi kecintaan dan persaudaraan itu hanya ada antara muslimin itu sendiri, dan juga tidak ada persatuan antara Agama Islam dan Nasrani.
Sebab agama Islam adalah agama yang benar yang wajib bagi segenap penduduk bumi yang mukalaf untuk mengikutinya. Adapun agama Nasrani adalah agama kufur dan kesesatan berdasarkan nash Alqur’an. Diantara dalil tersebut adalah Firman Allah ta’ala “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu” (Al Hujurat:10)
Dan juga firman-Nya “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja” (Al Mumtahanah :4)
Dan firman-Nya “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridla terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (Al Mujadalah :22)
Dalam surat At Taubah “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.” (At Taubah : 71) dan Firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.:” (Al Maidah:51)
Dan firman-Nya dalam surat Ali Imran “Sesungguhnya agama yang (diterima) di sisi Allah adalah Islam) “(Ali Imran :19) dan “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (Ali Imran : 85)
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra Maryam”. (Al Maidah :72) dan “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa” (Al Maidah :73) dan firman-Nya :”Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?, Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (Al Kahfi 103-105).
Adapun sabda Nabi Shallahllahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan Muslim “Seorang muslim itu saudara terhadap muslim lainnya maka tidak boleh mendzaliminya, merendahkannya dan tidak juga menghinakan dan mendustakannya” Dalam ayat-ayat dan hadits ini menunjukan dalil yang jelas bahwa persaudaraan dan kasih sayang hanya terjadi diantara orang mukmin sendiri.
Adapun terhadap kaum kuffar maka wajib untuk membenci dan memusuhi mereka karena Allah, dan diharamkan menjadikan pelindung dan penolong bagi mereka sampai mereka beriman kepada Allah saja dan mereka meninggalkan kekafiran dan kesesatannya, sebagaimana ditunjukan di ayat terakhir bahwa agama yang benar adalah Islam yang dengan agama itu Allah mengutus Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan demikian juga para rasul yang lainnya, dan ini adalah makna sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam “Kami para nabi, agama kami satu“ (HR. Bukhari).
Adapun agama-agama yang lainya baik itu Yahudi, Nashrani, atau yang lainya, semuanya adalah bathil tidak ada sedikitpun kebenaran di dalamnya. Dan sungguh telah datang syariat nabi kita yang sempurna, tidak ada yang lebih sempurna darinya, karena merupakan syariat yang mencakup seluruh penduduk bumi, adapun yang selainnya maka syariatnya bersifat khusus dan telah dihapus dengan syariat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan sesempurna-sempurnanya dan menyeluruhnya syariat, dan paling bermanfaat bagi seorang hamba bagi kehidupan dunia ataupun akhiratnya, sebagaimana firman Allah ta’la menceritakan kepada Nabi-Nya “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (Al Maidah :48)
Allah telah mewajibkan bagi segenap pribadi mukallaf di seluruh penduduk bumi untuk mengikuti agama ini dan berpegang teguh dengannya sebagaimana firman-Nya “Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al A’raf : 157)
Kemudian Allah berfirman setelahnya “Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (Al A’raf :158)
Dan Allah mendiadakan keimanan terhadap orang yang tidak berhukum kepadanya “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (Al Nisa :65)
Kemudian Allah menghukumi kafir dan syiriknya Yahudi dan Nasrani karena mereka menisbatkan adanya anak bagi Allah Subhanah, serta mereka menjadikan pendeta-pendetanya sebagai tuhan-tuhan selain Allah Azza wa Jalla dengan firman-Nya dalam surat At Taubah : “Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (At Taubah : 30-33)
Kalau seandainya dikatakan bahwa perayaan ini dipandang sebagai perwujudan hubungan kerjasama antara dua agama dalam hal-hal yang memberikan manfaat bagi keduanya, niscaya hal itu adalah hal yang diutamakan (dalam islam) dan tidak larangan padanya. Maka wajib untuk saling memberikan nasihat bagi Allah, hamba-hamba-Nya, dan saya memandang perlu utnuk diberikan perhatian dalam masalah ini karena perkaranya sangat besar yang terkandang mengacaukan segenap manusia.
Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq kepada kami dan kepada segenap muslimin untuk selalu dapat menjalin ukhuwah yang jujur dalam agama Allah, saling berkasih sayang padanya dan karena-Nya. Dan mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada segenap manusia untuk masuk ke dalam agama Allah yang dengan agama ini Allah mengutus NAbi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam, berpegang teguh dengan agama ini serta berhukum dengan nabinya, dan menolak segala perkara yang menyelisihinya, karena dengan sebab itu akan mendatangkan kebahagiaan yang abadi dan keselamatan di dunia dan akhirat, sebagaimana pula dalam syariat ini bisa menuntaskan segala problema baik di masa sekarnag maupun akan datang, seseungguhnya Allah Maha Penderma lagi Maha Mulia, shalawat dan salam semoga tercurah atas Hamba dan Utusan-Nya Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
http://www.binbaz.org.sa/Display.asp?f=ibn00204.htm.
0 comments:
Post a Comment