222
Kisah Imam Ahmad Memenuhi Panggilan al Ma'mun (TAHAN AIR MATAMU-1)
TAHAN AIR MATAMU (bag.1)
كَفْكَفْ دُمُوعَكَ فَالطَّرِيقُ طَوِيلُ ... لَا تَتْرُكِ الدَّمْعَ الْعَزِيزَ يَسِيلُ
فِي أَوَّلِ الدَّرْبِ الطَّوِيلِ تَحَسَّرٌ ... مَاذَا عَسَاكَ -إِنِ ابْتُلِيتَ- تَقُولُ
يَاأَيُّهَا السُّنِّي لَا تَجْزَعْ إِذَا ... شَحَّ الْوُجُودُ وَهَاجَمَتْكَ فُلُولُ
وَاعْلَمْ بِأَنَّ اللّٰهَ نَاصِرُ عَبْدَهُ ... وَلَهُ مَقَالِيدُ الْأُمُورِ تَؤُولُ
Tahan! Tahan air matamu karena jalan masih panjang...
Jangan kau biarkan air mata mulia mengalir...
Diawal jalan, memang terasa berat...
Hatimu bergumam, "apa yang akan terjadi padaku?"...
Wahai Sunni, jangan bimbang apabila...
Sedikit penolong dan ujian datang silih berganti...
Ketahuilah, Allah kan senantiasa menolong hamba-Nya...
Dan kunci segala urusan kepada-Nya kembali...
________o00o________
Malam yang senyap, tak ada suara kecuali desiran angin meniup debu-debu pasir. Atau, menyiul dari tiupan mulut para prajurit yang terlelap. Di waktu ini, Ahmad bin Hanbal gelisah. Matanya tak bisa terpejam. Hatinya bergolak hebat. Apa yang harus dia lakukan saat berdiri di hadapan al-Ma'mun nanti. Dia mendapat kabar bahwa al-Ma'mun dengan geram berujar, "Jika nanti aku benar melihatnya, aku cabik-cabik tubuhnya!"
Memang al-Ma'mun benar-benar murka kepadanya. Dia bergeming dari ajakan al-Ma'mun: al-Qur'an adalah makhluk. Dia yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa al-Qur'an Kalamullah, bukan makhluk. Segala cara dilakukan al-Ma'mun agar ia mau mengatakan al-Qur'an makhluk. Namun Ahmad tetap tak mau. Dan sekarang ini, dia dan kawan seperjuangan satu-satunya, Muhammad bin Nuh, dibelenggu dan dibawa munuju kemarahan al-Ma'mun.
Dalam gejolak batinnya malam itu, sempat terbesit untuk menyerah saja menerima ajakan al-Ma'mun. Toh juga terpaksa. Bukankah Allah mengampuni orang yang terpaksa berbuat dosa.
Namun tiba-tiba bayangan hitam samar muncul dari kejauhan. Lama-kelamaan semakin mendekat dan jelas. Ternyata adalah seorang Arab Badui.
"Engkaukah Ahmad bin Hanbal?" tanyanya.
"Iya," jawab Ahmad
"Bergembiralah dan tetaplah bersabar! Karena itu hanya tebasan yang engkau rasakan di dunia ini. Dan engkau akan masuk surga dari tebasan itu," Badui membesar-besarkan hatinya.
"Cintakah engkau kepada Allah?" lanjut Badui.
"Tentu," jawab Ahmad.
"Jika engkau mencintai Allah, tentu engkau ingin segera bertemu dengan-Nya," nasihat Badui sambil berlalu.
Demi mendengar nasihat badui tadi, tekad Ahmad menjadi bulat kembali: hanya Jihad fy sabilillah. Tidak ada pilihan kedua!
________oo0oo________
Tekad Ahmad semakin kuat karena seseorang bernama Abu Ja'far al-Anbary. Abu Ja'far berkisah:
Saat aku mendengar Ahmad dibawa menghadap al-Ma'mun, aku bergegas mengejar rombongan prajurit yang mengawalnya. Aku berhasil mengejar. Ternyata dia sedang duduk di sebuah kemah. Aku hampiri dia.
"Abu Ja'far, berhati-hatilah! Jangan tergesa-gesa!" katanya.
"Untuk yang seperti ini, buat apa berhati-hati," jawabku.
"Ahmad, engkau sekarang adalah panutan. Dan semua orang memandang ke arahmu. Demi Allah, jika engkau menerima ajakannya, pasti banyak kaum muslimin yang juga menerima ajakannya. Namun jika engkau menolak, pasti mereka juga akan menolak.
Apapun itu, apabila al-Ma'mun tidak jadi membunuhmu, engkau tetap akan mati. Dan setiap orang pasti akan mati. Maka bertakwalah kepada Allah dan jangan sekali-kali menjawab ajakannya sepatah kata pun!" lanjutku.
Tiba-tiba saja Ahmad menangis tersedu-sedu seraya berkata, "Ma sya Allah! Ma sya Allah! Abu Ja'far, tolong ulangi lagi nasihatmu!"
Aku pun mengulanginya dan ia semakin terisak-isak.
________oo0oo________
Kawan seperjuangan Ahmad dalam perjalanan menuju kemarahan al-Ma'mun, Muhammad bin Nuh juga tak henti-hentinya membangkitkan semangat Ahmad untuk terus tegar membela kebenaran. Suatu ketika saat mereka beristirahat dalam perjalanan, Muhammad berkata membangkitkan semangat Ahmad,
"Wahai Abu Abdillah, ingatlah Allah! Ingatlah Allah! Sungguh, aku tidak sama sepertimu. Andaikan Allah mengujiku kemudian aku menjawab ajakan orang brengsek itu, tidak ada yang akan mengikutiku. Berbeda denganmu. Engk
au panutan. Semua orang memandang ke arahmu menunggu apa yang akan engkau perbuat. Maka bertakwalah kepada Allah dan tetaplah tegar."
Ahmad berkaca-kaca mendengarnya. Dan bertambah cintalah ia kepada kawannya itu.
Hingga akhirnya sampailah Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Nuh di depan istana al-Ma'mun. Mereka berdua ditempatkan di sebuah kemah terlebih dahulu. Mereka berdua tidak henti-hentinya sholat dan berdoa. Dan salah satu doa yang dipanjatkan Ahmad adalah agar tidak diperlihatkan wajah al-Ma'mun.
Tiba-tiba seorang pelayan masuk menemui keduanya. Sembari mengusap air mata yang mengalir di wajahnya, ia berkata kepada Ahmad, "Sungguh aku tidak sampai hati, Abu Abdillah. Al-Ma'mun benar-benar telah menghunuskan pedangnya. Dia juga telah mengasah tombaknya. Dia berteriak, "Tidak akan aku sarungkan pedangku dari leher Ahmad dan kawannya itu sampai mereka berdua mengatakan al-Qur'an makhluk."
Seketika Ahmad lemas, tak kuasa menahan tubuhnya, dan bersimpuh di atas lututnya. Sambil menghadap ke arah langit, ia berdoa, "Rabbku, orang ini benar-benar telah lancang dengan kelemahlembutan-Mu. Sampai-sampai dia durhaka kepada para kekasih-Mu. Ya Allah, jikalau benar al-Qur'an adalah kalam-Mu bukan makhluk, cukupkanlah kami dari fitnahnya."
Maka, belum berlalu sepertiga malam awal, seantero istana dikejutkan dengan teriakan: AMIRUL MUKMININ MENINGGAL DUNIA!!!
Peristiwa ini terjadi pada tahun 218 H.
Bersambung, in sya Allah!
✏__Syabab MDS
=====*****======
Publikasi:
WA Salafy Solo
Channel Salafy Solo
https://telegram.me/salafysolo
30 al Muharram 1437 H | 12.11.2015
Sumber : www.ilmusyari.com
0 comments:
Post a Comment